Para ilmuwan sebenarnya masih belum menemukan kesepakatan mengenai faktor-faktor penyebab autisme. Berbagai pendapat yang berkembang saat ini menduga sejumlah penyebab autisme berkaitan dengan pengaruh gen dan lingkungan atau kombinasi keduanya.
Kenyataannya, autisme yang ditandai dengan gangguan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain ini bukanlah gangguan yang tunggal, melainkan terdiri dari berbagai gangguan yang mungkin memiliki berbagai faktor penyebab.
"Para penyandang autis memperlihatkan gangguan tersebut dalam berbagai cara yang berbeda. Hal itu bisa disebabkan karena sejumlah gen dan lingkungan yang berbeda, sehingga mempengaruhi kemunculan gangguan itu sendiri," kata Alycia Halladay, direktur penelitian ilmu lingkungan Autism Speaks, lembaga advokasi untuk penyandang autis seperti dilansir myhealthnewsdaily.com Jumat (27/1/2012).
Berikut adalah beberapa temuan terbaru dari para ilmuwan mengenai kemungkinan penyebab kondisi misterius ini.
1. Genetika
Ada bukti kuat bahwa perubahan gen berkontribusi terhadap munculnya autisme. Di sisi lain, gangguan ini diketahui sangat diwariskan.
Menurut National Institutes of Health di AS, keluarga yang memiliki seorang anak yang menyandang autis memiliki peluang 1:20 memiliki anak kedua yang menyandang autisme juga. Risiko ini lebih tinggi dibandingkan populasi umum.
Sebuah penelitian terhadap pasangan kembar menemukan bahwa jika salah satu kembar memiliki autisme, kembarannya memiliki kemungkinan 90% memiliki gangguan yang sama.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa perubahan genetik yang menyebabkan terhadap autisme tidak harus diwariskan, namun dapat muncul secara spontan.
"Para ilmuwan telah mengidentifikasi sekitar 20 gen yang ditengarai terlibat dalam gangguan spektrum autisme. Gen ini terletak di seluruh genom manusia. Banyak di antaranya yang berperan dalam perkembangan otak, pertumbuhan otak dan cara komunikasi sel otak," kata Halladay.
Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa anak-anak yang mengalami mutasi genetik pada kromosom ke-17 berpeluang 14 kali lipat lebih mungkin menyandang autisme dibandingkan dengan yang tanpa mutasi.
2. Pestisida
"Paparan pestisida juga telah diketahui berkaitan dengan autisme. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa pestisida dapat mengganggu gen yang berperan penting dalam sistem saraf pusat," kata Dr. Alice Mao, profesor psikiatri di Baylor College of Medicine di Houston.
Para ilmuwan berpikir bahwa zat kimia dalam pestisida dapat mempengaruhi gen yang cenderung menyebabkan autisme. Mao menjelaskan bahwa ada anak-anak yang dilahirkan dengan kerentanan mengidap autisme, tapi paparan pestisida kemudian mendorong munculnya gangguan autisme yang lebih nyata.
3. Obat-obatan
Bayi yang terpapar obat-obatan tertentu dalam rahimnya seperti asam valproat dan thalidomide, diketahui berisiko tinggi mengidap autisme. Thalidomide adalah obat yang pertama kali digunakan pada tahun 1950 untuk mengobati mual di pagi hari, kecemasan dan insomnia.
Obat itu ditarik dari pasar setelah diketahui dapat menyebabkan cacat lahir, tetapi masih diresepkan untuk mengatasi gangguan kulit parah dan mengobati kanker. Asam valproat diresepkan untuk mengatasi kejang, gangguan mood dan gangguan bipolar.
4. Usia tua
Ketika usia orangtua bertambah, kemungkinan memiliki anak yang menyandang autisme semakin tinggi. Sebuah penelitian menemukan bahwa wanita berusia 40 tahun memiliki risiko 50% lebih besar memiliki anak autis dibandingkan wanita yang berusia antara 20-29 tahun.
Para peneliti sendiri tidak yakin mengapa usia orangtua dapat mempengaruhi resiko autisme. Mereka menduga hal itu mungkin disebabkan mutasi genetik yang terjadi pada sperma atau sel telur ketika orang tua bertambah usianya.
5. Gangguan perkembangan otak
"Area tertentu dari otak, seperti korteks serebral dan cerebellum, telah diketahui terlibat dalam perkembangan autisme. Daerah otak ini bertanggung jawab untuk konsentrasi, gerakan dan pengaturan suasana hati," kata Mao.
Penyimpangan kadar bahan kimia pengantar impuls saraf atau neurotransmiter, seperti dopamin dan serotonin, juga diketahui berkaitan dengan autisme.
Kerusakan dalam pengaturan kadar dopamin dapat menyebabkan gangguan dalam berkonsentrasi dan melakukan gerakan. Ketidakmampuan dalam mengontrol kadar serotonin dapat mengakibatkan gangguan suasana hati.
sumber : www.detikhealth.com
No comments:
Post a Comment