Kancing baju hanyalah benda kecil pengait busana. Mereka biasanya berbaris rapi untuk menjalankan tugas yang sebenarnya sungguh mulia. Berpasangan dengan lubang yang juga berjajar rapi, kancing baju berperan membuat busana jadi berfungsi sempurna menutup aurat dan melindungi tubuh dari cuaca. Benda ‘remeh’ ini telah melintasi sejarah perjalanannya sejak sekitar 1000 tahun sebelum masehi. Saat itulah Era Perunggu hadir dan mendorong inovasi dalam banyak hal. Di era inilah kancing baju pertama kali dibuat oleh manusia. Sebelum ada kancing baju, pakaian yang dikenakan manusia tidaklah tertutup rapi. Manusia hanya mengandalkan tali atau kulit binatang untuk mengeratkan busana.
Hanya dengan tali pengikat, busana saat itu tidak berfungsi maksimal saat cuaca ekstrem datang. Benda-benda yang dibuat mirip kancing baju dari bahan tulang, kayu, atau kulit kerang, mulanya Cuma digunakan sebagai aksesoris. Mulai tahun 1200, kancing baju dan lubang kancing hadir di Eropa. Budaya kancing baju yang datang ke Eropa ini berasal dari para pedagang Turki dan Mongolia. Kata button (bahasa Inggris) yang berarti kancing baju dipercaya muncul pada tahun ini berasal dari istilah Prancis, bouton yang berarti tunas, atau bouter yang berarti menekan. Prancis memang menjadi negara yang paling cepat menangkap peluang di balik kancing baju ini. Pada tahun 1250 pabrik kancing baju pertama di dunia berdiri dengan nama Guild.
Pabrik ini membuat kancing baju berseni tinggi untuk kalangan bangsawan. Sejak saat itulah muncul simbol-simbol tertentu dengan memanfaatkan kancing baju. Para bangsawan saat itu membuat aturan bahwa untuk kalangan mereka, bajunya mesti memiliki kancing baju dalam jumlah tertentu. Setelah dibuat nyeni, kancing baju kemudian menjadi simbol status sosial. Permintaan pasar akan kancing baju pun lantas melonjak. Pada pertengahan tahun 1300-an, kancing baju menjadi bisnis besar.
Prancis saat itu pun menjadi pusat kancing baju di Eropa. Guild meraup untung besar dengan terus memproduksi kancing baju untuk jas, baju, serta busana lain. Bahkan perkembangan ini sampai-sampai melahirkan para tokoh yang kecanduan kancing baju. Situs h2g2.com mengisahkan, pada tahun 1520 King Francis I dari Prancis mengenakan pakaian yang dipasang 13.600 kancing baju saat bertemu King Henry VIII dari Inggris. Saat itu, King Henry VIII juga mengenakan busana yang bertabur kancing baju. Banyak lagi raja lain di Eropa yang lantas hobi mengenakan kancing baju yang terbuat dari gading, tulang, emas, bahkan berlian. Di era modern, kancing baju terus mendorong perkembangan cara berbusana. Memasuki abad ke-19, kancing baju sudah diproduksi secara massal.
Bahan yang digunakan untuk membuatnya pun bervariasi. Saat itu, kancing baju yang terbuat dari benang, bersaing ketat dengan kancing dari bahan logam dan tulang. Tahun 1860-an, Jepang menjadi salah satu negara penting yang memasok kebutuhan kancing dunia. Di tahun ini, kancing baju asal Jepang terbuat dari mutiara yang berwarna putih. Banjir kancing baju Jepang ini lantas melahirkan kontas raja dan ratu mutiara digelar di London.
Pengunjung kontes ini berdatangan untuk menyaksikan para pesohor mengenakan busana dengan ribuan kancing baju mutiara putih. Memasuki abad ke-20, kancing baju berkembang semakin bervariasi. Di zaman ini, kancing baju tidak lagi hanya berbentuk bulat, tapi sudah mulai dibuat dengan motif buah-buahan, bunga-bungaan, daun, binatang, dan sebagainya. Warna serta bahan baku yang digunakan untuk membuatnya pun semakin bervariasi.
No comments:
Post a Comment